Gelar Lalu Baiq Suku Sasak: Antara Simbol Kebangsawanan atau Penurunan Kasta Sosial

Authors

  • Taufiq Kurniawan Istitut Studi Islam Sunan Doe
  • Bayu Islam Assasaki Istitut Studi Islam Sunan Doe
  • Sulhairi Sulhairi Istitut Studi Islam Sunan Doe

DOI:

https://doi.org/10.55606/jpbb.v2i1.1298

Keywords:

Tradisi dan Budaya, Gelar kebangsawanan, Lalu Baiq, Suku Sasak

Abstract

Penelitian ini membahas persoalan terkait asal mula pemberian gelar Lalu dan Baiq di kalangan masyarakat sasak Lombok dengan fokus pembahasan yaitu mengetahui sejarah pemberian gelar lalu dan baiq, kesenjangan kasta sosial antara kaum bangsawan dan kaum jajar karang suku sasak, dan problematika tradisi perkawinan di suku sasak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Subjek penelitian ditentukan secara purposif dengan mengambil informan yang berasal dari tokoh adat, budayawan, dan sejarawan yang menguasai betul bidang yang diteliti. Sementara, pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Keseluruhan hasil penelitian kemudian dibahas lebih lanjut pada pembahasan.

References

Alfian, Persepsi Masyarakat tentang Kebudayaan , Jakarta: Gramedia, 1985.

Ali, Jacub dan Siradz, Umar, Perubahan Nilai Upacara Tradisional pada Masyarakat Pendukungnya di Daerah Nusa Tenggara Barat, Mataram: Bagian Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya Nusa Tenggara Barat, 1998.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.

Asnawi, Solidaritas Sosial Masyarakat dalam Pembangunan (Suatu kajian SosioKultural Religius pada Masyarakat Sasak), laporan penelitian, STAIN Mataram, 1997/1998.

Aziz, Ahmad Amir. ―Islam Sasak: Pola Keberagamaan Komunitas Islam Lokal di Lombok.‖ Millah: Jurnal Studi Agama 8, no. 2 (2009): 241–253. http://journal.uii.ac.id/Millah/article/view/5230.

Bartholomew, John Riyan, Alif Lam Mim Kearifan Masyarakat Sasak, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2001.

BPS Mataram, NTB Dalam Angka 2004, 4. Manggaukang Raba, Fakta-Fakta tentang Lombok dan Sumbawa, Mataram: UD. Bugenvil, 2002.

Budiwanti, Erni. Islam Sasak: Waktu Telu Vs Waktu Lima. Yogyakarta: LKiS, 2000.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Upacara Tradisional Ngayu-ayu di Desa Sembalun Bumbung Lombok Timur, Mataram: Depdikbud, 1992/1993.

Ersina, S., Amalia, A., & Sutriani, S. (2014). Genius Loci Pada Perkampungan Tradisional Senaru Suku Sasak Kabupaten Lombok Barat. Nature: National Academic Journal of Architecture, 1(2), 196-203.

Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Mataram, Paham Buda di Ganjar Desa Sekotong Timur Kecamatan Sekotong Lombok Barat (tidak diterbitkan), Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Departemen Agama RI Jakarta, 1984.

Gde Parman, Lalu, Kitap Adat Sasak, Mataram: CV. Agung Perdana, 1995.

H. J. Ali and U. Siradz, “Perubahan Nilai Upacara Traditional Pada Masyarakat Pendukungnya di Daerah Nusa Tenggara Barat.” Mataram: Bagian Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Nusa …, 1998.

H. S. Haq and H. Hamdi, “Perkawinan Adat Merariq Dan Tradisi Selabar Di Masyarakat Suku Sasak,” Perspekt. Kaji. Masal. Huk. dan Pembang., vol. 21, no. 3, pp. 157–167, 2016.

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, jilid 1 cet.30, Yogyakarta: Andi, 2000.

Kurniawa, T. (2018). KAJIAN TENTANG PERNIKAHAN DINI PADA ANAK USIA SEKOLAH (Studi Kasus Di Desa Golong, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat) (Doctoral dissertation, Universitas Mataram).

Lukman, L.H. Pulau Lombok dalam Sejarah. Lombok: Cerdas Press, 2005.

Mabrur Haslan, Muhammad, Dahlan, dan Fauzan, Ahmad. 2021. Faktor-faktir yang Mempengaruhi Terjadinya Merariq pada Masyarakat Suku Sasak. CIVICUS: Pendidikan-Penelitian-Pengabdian Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan, Vol. 9 No. 2

Maryaeni, Metode Penelitian Kebudayaan, Jakarta: Bumi Aksara, 2005.

Miftahul Khair. 2015. Tradisi yang Tak Terkikis Waktu “Budaya Permainan Masyarakat Sasak yang Bertahan Dari Masa Ke-Masa”, tersedia online di http://www.kompasiana.com/ miftahul_khair/tradisi-yang-tak-terkikis-waktu-budaya-permainan-masyarakat-sasak-yangbertahan-dari-masa-ke-masa_553018576ea83431258b45ab, diakses tanggal 5 Oktober 2015

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013.

Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995.

Penggunaan Nama Baiq dan Lalu Bagi Orang Lombok https://mandalika.pikiran-rakyat.com/ntb/pr-2776038033/mengapa-orang-lombok-banyak-memakai-nama-baiq-dan-lalu-begini-alasannya

Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Nusa Tenggara Barat, Mataram: Depdikbud Kanwil Prov. NTB, 1997/1998.

Permatasari, Decy dan Prabu Santosa, Ogy. 2015. WAWASAN BUDAYA NUSANTARA SASAK.

Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Adat Istiadat Daerah Nusa Tenggara Barat, t.t.: 1977/1978.

Sainun. 2014. INTERAKSI NILAI ISLAM DAN NILAI ADAT: Studi Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Suku Sasak Lombok Nusa Tenggara Barat. UIN SUNAN AMPEL, Surabaya.

Sarantakos, Satrios, Social Research, Melbourne: macmillan Education Australia Pty. Ltd., 1993.

Siradz, Umar, et al, Wujud Arti dan Fungsi Puncak-puncak Kebudayaan Lama dan Asli bagi Masyarakat Pendukungnya di Daerah Nusa Tenggara Barat, Mataram : Depdikbud, 1995/ 1996.

Suku Sasak: Sejarah, https://rimbakita.com/suku-sasak/

Umam, Fawaizul, dkk.,Membangun Resistensi, Merawat Tradisi: Modal Sosial Komunitas Wetu Telu, Mataram, Lembaga Kajian Islam dan Masyarakat (LKIM).

Usman, Husaini, Akbar, Purnomo Setiadi, Metodologi Penelitian Sosial , Jakarta: Bumi Aksara, 2011.

Wahyudin, Dedy. 2018. IDENTITAS ORANG SASAK: SUDI EPISTIMOLOGIS TERHADAP MEKANISME PRODUKSI PENGETAHUAN MASYARAKAT SUKU SASAK. Jurnal Penelitian Keislaman, Vol.14 No.1

Zakaria, Fathurrahman, Mozaik Budaya Orang Mataram, Mataram: Yayasan Sumur Mas al-Hamidy, 1998.

Zuhdi, Muhammad Harfin, dkk., Lombok Mirah Sasak Adi, Sejarah Sosial, Islam, Budaya, Politik dan Ekonomi Lombok, Jakarta: Imsak Press.

Downloads

Published

2023-03-29

How to Cite

Taufiq Kurniawan, Bayu Islam Assasaki, & Sulhairi, S. (2023). Gelar Lalu Baiq Suku Sasak: Antara Simbol Kebangsawanan atau Penurunan Kasta Sosial. Jurnal Pendidikan, Bahasa Dan Budaya, 2(1), 235–250. https://doi.org/10.55606/jpbb.v2i1.1298